Do you need to take German course privately? Frau Sihombing unterrichtet Deutsch.

Please contact Ms Juita Sihombing 0856 9120 7788 and she will be there for you. (Jakarta, Indonesia)

Sunday, 16 March 2014

MH 370, Kembalilah!


Sehubungan berita sedih tentang hilangnya pesawat MH 370 (rute Kuala Lumpur - Beijing) pada hari Sabtu, 8 Maret 2014, kita mendengar kemudian bahwa ada penumpang gelap. Para penyusup tersebut menggunakan sebuah paspor Italia dan sebuah paspor Austria. Paspor Italia milik Bapak Luigi Maraldi, yang beberapa kali muncul dalam siaran televisi. Selanjutnya diinformasikan pula bahwa para penyusup tersebut bukan orang Asia.

Kasus ini mengingatkan saya akan pengalaman saya dengan petugas di bandara luar negeri.

1. Di Bandara Frankfurt, 24 Mei 1996

Saya dan penumpang pesawat yang lain sedang berjalan dalam gedung bandara. Kami baru saja turun dari pesawat. Ada seorang laki-laki berseragam sedang berdiri di depan tidak jauh dari arah kami datang. Tidak jelas apakah laki-laki tersebut polisi atau petugas imigrasi. Penumpang pesawat lainnya yang kelihatan seperti orang Eropa dan berjalan di depan saya, dapat berjalan terus tanpa gangguan. Saya satu-satunya orang Asia saat itu. Ketika saya melewati petugas tersebut, tiba-tiba dia menghentikan saya dan meminta supaya saya menunjukkan paspor saya. Ketika saya berbicara dalam Bahasa Jerman, "Saya mau lanjut terbang ke Hamburg." petugas tersebut menjadi sedikit ramah. Mungkin dia sama sekali tidak menyangka bahwa saya dapat berbahasa Jerman. Dari dia saya mendengar untuk pertama kalinya kata "Hamburg" diucapkan dalam dialek [hambuih]. Kota "Hamburg" diucapkan [hamburg] sesuai pengucapan Bahasa Jerman standar Hochdeutsch. Tetapi petugas itu berkata, "Aaah, Sie wollen nach [hambuih]". Belakangan ketika saya sudah tinggal di Salzhausen, saya mendengar warga di sana mengucapkan [hambuih]. Mungkin petugas di Bandara Frankfurt itu orang Hamburg dan orang Hamburg itu sudah mendiskriminasi saya.

2. Di Bandara Kuala Lumpur, 21 Mei 2004


Saya terbang dengan Malaysia Airlines waktu itu. Di Kuala Lumpur harus ganti pesawat yang akan membawa saya ke Frankfurt. Saya dan penumpang pesawat yang lain masuk ke ruang tunggu. Sebentar lagi kami akan masuk ke pesawat. Kami sudah melewati pemeriksaan imigrasi. Tetapi anehnya mengapa 3 orang laki-laki berseragam masih menghentikan saya. Saya tidak tahu apakah mereka polisi atau petugas imigrasi. Saya bukan satu-satunya orang Asia. Beberapa penumpang pesawat nampak seperti orang Asia. Saya sungguh tersinggung dengan perlakuan diskriminasi mereka, lalu saya berbicara dalam Bahasa Indonesia kepada mereka. Mereka pasti mengerti Bahasa Indonesia. Saya keberatan, mengapa cuma saya sendiri yang diminta mereka agar menunjukkan paspor. Lalu mereka menjadi galak. Keterlaluan!

Hei, para petugas di bandara, janganlah Anda mendiskriminasikan penumpang pesawat!

Penumpang gelap MH 370 mungkin saja sudah dilihat oleh seorang petugas bandara yang senang mendiskriminasikan orang. Tetapi petugas tersebut mungkin berpikir, bahwa tidak mungkin jika dilihat dari wajah, bahwa penumpang gelap tersebut adalah penumpang gelap. Kenyataan bagaimana para penyusup tersebut bisa "selamat" melewati pemeriksaan imigrasi yang benar dan resmi, saya sama sekali tidak pernah bisa mengerti.

Pembaca blog saya yang saya kasihi,
Berhati-hatilah, mungkin Saudara bisa saja mengalami seperti yang sudah saya alami.

Sampai blog ini ditulis, masih belum ada info terbaru, apakah MH 370 sudah ditemukan. Untuk para penumpang dan awak pesawat MH 370: jika mereka masih selamat di manapun berada, semoga Tuhan melindungi mereka dan mereka dapat pulang.


Saudara telah membaca teks ke 37.
Silakan baca teks 38: Ya, Ampun..., Ternyata "Ihr Lieben"!
Kembali ke teks 36: Orang Ngerti, Koq!


No comments: