Do you need to take German course privately? Frau Sihombing unterrichtet Deutsch.

Please contact Ms Juita Sihombing 0856 9120 7788 and she will be there for you. (Jakarta, Indonesia)

Friday, 8 August 2014

Aku Mau Menamai Anakku dengan Nama Itu




Murid saya Kevin (bukan nama sebenarnya), lulusan Universitas Michigan yang terletak di Ann Arbor, AS, sedang berlatih abjad. Ia berbicara Bahasa Inggris dengan sangat baik karena sebelumnya selama beberapa tahun pernah hidup di AS. Menurut dia abjad Bahasa Jerman menarik karena bunyinya mirip dengan Bahasa Indonesia. Artinya abjad tersebut tidak sesulit dalam Bahasa Inggris.

Abjad Bahasa Jerman bunyinya mirip seperti dalam Bahasa Indonesia. Tetapi ada beberapa huruf yang pengucapannya berbeda seperti: J [yot], Q [ku], V [faw], X [iks], Y [ʊpsilon], Z [tsɛt]. Lalu ada juga umlaut seperti ä, ö, ü dan diftong seperti [ai], [oi] dan [i:].

Kevin berlatih mengeja dan mengucapkan nama seperti nama kota, nama marga dan nama depan orang, juga singkatan dalam bidang transportasi, otomotif, TV dan computer.

Master jurusan teknik material ini mengalami kesulitan ketika ia membaca kalimat berikut: „Guten Tag, ich heiße Däubler-Gmelin.” Däubler. Waduh, bagaimana cara membacanya ini? Demikian, ä merupakan sebuah umlaut yang diucapkan [ɛ]. Karena [ɛ] bertemu [u] maka jadilah diftong [oi]. Untuk sampai ke sini dibutuhkan dua langkah pemikiran. :-) Jadi, Däubler diucapkan [doiblǝr].

Kevin sungguh kagum. Ia tertawa dan berkata: “Wah, namanya keren, nanti aku mau kasih nama anakku itu.” Kevin ingin menamai anak laki-lakinya Däubler-Gmelin, apabila ia menikah dan memiliki seorang anak laki-laki kelak. Kevin lucu. :-)

Kevin tidak hanya cerdas: ia berkonsentrasi dengan baik dalam pelajaran hingga dapat menemukan jawaban dari penjelasan saya. Kevin juga seorang yang beruntung. Ia telah mendapatkan pekerjaan selagi masih tinggal di kota kecil dan tenang Ann Arbor. Pada waktu itu ada pameran bisnis di kampusnya, yang di antara pesertanya sebuah perusahaan yang berkedudukan di Hannover, Jerman. Kevin melamar pekerjaan dan diterima oleh perusahaan Jerman tersebut. Hebat Kevin. Tidak perlu berkali-kali melamar pada banyak perusahaan dan lama menganggur seperti yang sayangnya harus dialami banyak sarjana Indonesia yang kurang beruntung.

Kevin les privat Bahasa Jerman pada saya atas inisiatif sendiri karena ia tahu, ia memerlukan Bahasa Jerman dalam kehidupan sehari-hari di Jerman nantinya.

Keuntungan sebesar itu belum pernah saya dapat seumur hidup.

Selamat ya, Kevin!

Saudara telah membaca teks ke 39
Silakan baca teks 40: Derita Madu dari Rauenstein

No comments: