Betapa sakit hatinya saya ketika saya saksikan di rumah bahwa madu
kiriman dari Rauenstein yang baru saja diambil dari kantor pos ternyata tumpah.
Madu itu sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh: Rauenstein – Hamburg –
Jakarta, tetapi harus tumpah di kantor pos Jakarta. Ini semua kesalahan para
petugas yang tidak profesional.
Teman saya Nicole yang memang baik, telah menghadiahkan madu dan
coklat. Sebelumnya saya sudah ingatkan dia agar menyiapkan performa invoice
untuk pengiriman madu. Tahun 2005 Nicole pernah mengirim madu dan sebuah boneka
pada saya. Kantor pos dulu tidak mau menyerahkan paket tersebut pada saya
sebelum Nicole mengirim performa invoice sebagai pelengkap untuk pengiriman
madu. Lalu Nicole membuat performa invoice dan kantor pospun membebaskan madu
itu.
Berdasarkan pengalaman buruk tahun 2005 tersebut Nicole menyiapkan
pengiriman kali ini dengan lebih hati-hati. Tidak hanya performa invoice,
tetapi Nicole juga mencari informasi lebih jauh, apakah ada peraturan lainnya.
Ia bahkan menghubungi Kedubes Indonesia. Sayangnya kedutaan tersebut tidak
memberi jawaban.
Nicole juga ingin menghadiahkan saya sebuah buku Tata Bahasa Jerman dalam
Bahasa Jerman dan akan mengirim buku ini sekaligus dengan madu dan coklat.
Sayang Nicole harus membatalkan pengiriman buku tersebut karena ia menemukan
informasi bahwa ia harus terlebih dahulu melapor pada Kementerian Pendidikan
Indonesia untuk mendapat izin mengirimkan buku tersebut. Tentu saja ini sangat
berat dan merepotkan. Sayang, Nicole sudah terlanjur membeli buku itu.
Oleh karena tidak ditemukan peraturan lain untuk pengiriman paket,
maka Nicole mengirim madu dan coklat tersebut.
Betapa terkejutnya kami, bahwa ternyata madu ditahan oleh karantina
hewan setibanya di Jakarta. Tidak diduga ternyata ada peraturan baru. Untuk
madu diperlukan dokumen health certificate atau certificate of analysis. Tanpa
dokumen ini madu akan dimusnahkan. Benar-benar kejadian buruk.
Jika menurut para petugas peraturan sudah ada sejak 1992 dan 2000, mengapa
tahun 2005 tidak diterapkan? Di mana petugas karantina hewan? Dari peristiwa
ini bisa disimpulkan bahwa tidak ada kerja sama antara karantina hewan dan Pos
Indonesia pada waktu itu.
Mungkin tidak ada juga kerja sama antara Kedubes Indonesia dan
karantina hewan, maka Nicole tidak mendapat jawaban dari kedubes. Seandainya
saja kedubes waktu itu memberikan informasi yang benar pada Nicole, seluruh
kejadian buruk yang menimpa madu ini tidak akan terjadi.
Saya sangat berharap bahwa madu tetap dibebaskan berdasarkan preseden
tahun 2005 karena kami tidak bersalah. Berbagai upaya kami lakukan agar
karantina hewan membebaskan madu itu. Akhirnya karantina hewan mengatakan agar
madu diuji di lab mereka. Jika hasilnya bagus, maka madu bisa dibebaskan.
Hasil lab sungguh bagus. Pencemaran mikrobiologi hanya 60 CFU/g (6.0 x
101), sementara batas maximum pencemaran mikrobiologi yang diizinkan
adalah 1 x 106 CFU/g (1 juta). Akhirnya setelah 2 bulan ditahan,
madu yang malang boleh “pulang” dan tidak perlu dimusnahkan seperti diancam
pada awal. Untuk keseluruhan birokrasi di karantina hewan, kantor pos dan bea
cukai harus mengeluarkan uang.
Nicole telah membayar sangat banyak dan mahal. Di Jakarta saya masih
harus juga mengeluarkan uang banyak, tapi madu sebanyak kira-kira 600ml harus
tumpah. Sebelum madu dibawa ke lab saya sudah lihat bahwa kedua ember tertutup
rapat.
Ketika kardus pembungkus sudah dibuka di rumah, saya saksikan bahwa
tutup salah 1 ember tidak tertutup rapat, tidak semua kantong plastik digunakan
untuk membungkus kembali kedua ember madu. Kantong plastik hanya teronggok
begitu saja dalam kardus. Tentu saja madu tumpah ketika saya menunggu di kantor
pos, kardus diberdirikan, harusnya dibaringkan. Dengan posisi kardus yang
berdiri, maka posisi ember menjadi berbaring, tumpahlah madu itu. Demikian pula
dengan 6 buah coklat, teronggok begitu saja. Padahal ada tas kain indah
berwarna biru. Saya yakin tas tersebut tadinya tempat coklat-coklat itu. Karena
madu ditahan oleh karantina hewan, sebuah coklat Rittersport Nugat 250 g jadi
kadaluwarsa. Benar-benar menjengkelkan. Kantor pos minta uang untuk pengepakan
kembali, tetapi mereka tidak mampu mengepak sebaik dan serapi Nicole.
Saudara
telah membaca teks ke 40
Silakan baca teks 41: Bunyi Paduan "Umlaut". Sudah Benar, Koq Disalahkan?
Silakan baca teks 41: Bunyi Paduan "Umlaut". Sudah Benar, Koq Disalahkan?
Kembali ke
teks 39: Aku Mau Menamai Anakku dengan Nama Itu
No comments:
Post a Comment