Selalu menarik menemukan teks asli dari suatu lagu terjemahan, sebab
saya dapat membandingkannya kemudian. Tentu saja saya menghargai si penerjemah
yang telah susah payah dalam mencapai hasil terjemahan terbaik. Jadi saya tidak
ingin mengkritik atau menilai terjemahannya. Apalagi ini sebuah lagu. Sungguh
tidak mudah menerjemahkan sebuah lagu. Dengan menerjemahkan Anda
bertanggung-jawab menyampaikan pesan dari si pengarang kepada pembaca yang
memiliki bahasa yang berbeda dari si pengarang. Terjemahan adalah jembatan yang
menghubungkan seorang pengarang dengan pembaca yang demikian. Tapi dalam
menerjemahkan sebuah lagu Anda memiliki pekerjaan tambahan seperti Anda harus
memikirkan melodi dan rima / sajak.
Tidak hanya masalah tata bahasa yang memerlukan pengetahuan bahasa
dalam penyelesaiannya, dalam penerjemahan akan ada masalah lainnya, sebab ada
beberapa faktor yang mempengaruhi. Sebagai contoh seorang penerjemah perlu
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan si pengarang dalam rangka mengerti
cara berpikirnya, misalnya latar belakangnya, situasi politik di negara tempat
dia hidup atau pernah hidup, kebudayaan, kehidupan sosial, dll. Oleh karena itu
tidak benar jika Anda menerjemahkan sebuah teks dari sebuah terjemahan. Sebagai
contoh di sini lagu ini berbahasa Jerman, mungkin terjemahan Bahasa Inggrisnya
ada, dan Anda ingin menerjemahkan lagu ini ke dalam Bahasa Indonesia, maka
haruslah Anda menerjemahkannya dari Bahasa Jerman, bukan dari terjemahan Bahasa
Inggris.
Pada kesempatan ini saya ingin mengeksposisi lagu gereja Jerman yang
berjudul “Großer Gott, Wir Loben Dich”. Belakangan lagu ini sering
terngiang-ngiang di telinga saya. :-) Saya hanya ingin menemukan perbedaan
antara teks asli dan terjemahannya.
Großer
Gott, wir loben dich;
Herr, wir preisen deine Stärke.
Vor dir neigt die Erde sich
und bewundert deine Werke.
Wie du warst vor aller Zeit,
Wie du warst vor aller Zeit,
so bleibst du in Ewigkeit.
Saya mendapatkan teksnya dari lembaran kertas yang kami gunakan dalam
Ibadah Keluarga di Gereja Yohanes di Salzhausen, Jerman pada 11 Agustus 1996.
Lagu ini harusnya berasal dari sebuah buku lagu gereja. Lagu ini diberi nomor
urut 331. Mungkin buku lagu gereja ini adalah buku yang memang digunakan oleh
Gereja Yohanes. Mungkin ini adalah buku lagu Gereja Negara Bagian
Niedersachsen. Saya rasa setiap gereja negara bagian di Jerman mempunyai buku
lagu masing-masing. Hm,saya mesti tanya teman-teman saya yang orang Jerman. :-)
Saya memiliki sebuah buku lagu Gereja Negara Bagian Württemberg “Evangelisches
Kirchengesangbuch” (Stuttgart: Verlag des Evangelischen Gesangbuchs, 1986).
Sayangnya lagu “Großer Gott, Wir Loben Dich” ini tidak
ada di buku ini. Untungnya saya masih menyimpan lembaran kertas dari
Salzhausen. :-)
Di balik buku lagu gereja Negara Bagian Württemberg ini ada kisah yang
sangat menyenangkan. Semoga saya bisa menulis tentang itu. :-)
Berikut adalah terjemahan yang dipublikasikan
dalam buku lagu Kidung Jemaat (Jakarta: Yayasan Musik Gereja, 2002)
Tuhan Allah, namaMu,
kami puji dan masyhurkan.
Isi dunia sujud
di hadapanMu, ya, Tuhan!
Bala sorga menyembah
kami puji dan masyhurkan.
Isi dunia sujud
di hadapanMu, ya, Tuhan!
Bala sorga menyembah
Dikau, Khalik semesta!
Penting untuk diperhatikan bahwa saya tidak tahu teks yang telah
digunakan oleh si penerjemah sebagai teks sumber. Tapi saya rasa, jika Anda
berbicara tentang lagu “Großer Gott, Wir Loben Dich” ini,
seharusnya ada satu versi di seluruh Gereja Kristen Protestan di Jerman dan
Austria. Dalam buku lagu Kidung Jemaat tertulis bahwa pengarang lagu ini adalah
Ignaz Franz.
Exposisi:
Tentang Teks
Großer
Gott, wir loben dich berarti “Allah yang agung, kami memuja Engkau”. Wah,
sekarang saya menerjemahkan. :-). Gross bisa berarti besar, agung, dll..
Herr, wir preisen deine Stärke berarti “Tuhan, kami memuji kekuatan
/ kekuasaanMu”.
Vor dir neigt die Erde sich berarti “Di hadapanMu bumi tunduk”.
und bewundert deine Werke berarti “ dan mengagumi karyaMu”.
Wie du warst vor aller Zeit, berarti “Sebagaimana adanya Engkau
sebelum segala zaman,”.
so bleibst du in Ewigkeit berarti “demikianlah Engkau tetap dalam
keabadian”.
Sekarang kita cek terjemahannya. Apakah kita akan mendapat makna /
arti yang sama seperti dalam “teks sumber” jika terjemahannya diterjemahkan
kembali ke Bahasa Jerman?
Tuhan Allah, namaMu, berarti “Herr Gott, deinen Namen”.
kami puji dan masyhurkan berarti “loben / preisen wir und machen wir
bekannt”.
Isi dunia sujud berarti “Inhalt der Welt kniet”.
di hadapanMu, ya, Tuhan! berarti “vor dir, oh, Herr!” .
Bala sorga menyembah berarti “Himmlische Truppen beten an”
Dikau, Khalik semesta! berarti “dich, Schöpfer des Universums!”
Kata-kata “Großer Gott” (Allah yang agung) dan “deine Stärke”
(kekuatan / kekuasaanMu) tidak dapat tertampung dalam terjemahan. Kata-kata ini
menunjukkan pengakuan bahwa Allah adalah agung dan memiliki kekuatan /
kekuasaan. Pengakuan ini tidak muncul dalam terjemahan. “Großer
Gott” hanya digambarkan dengan “Tuhan Allah”.
Kalimat “die Erde bewundert deine Werke” (bumi mengagumi karyaMu) juga
tidak dapat tertampung dalam terjemahan. Kalimat ini menunjukkan pengakuan
bahwa Allah telah melakukan karya dan bumi mengaguminya.
Kalimat “Wie du warst vor aller Zeit, so bleibst du in Ewigkeit”
(“Sebagaimana adanya Engkau sebelum segala zaman, demikianlah Engkau tetap
dalam keabadian”) tidak dapat tertampung dalam terjemahan. Kalimat ini
menunjukkan pengakuan bahwa Allah abadi.
Dalam terjemahan hanya “wir loben dich” dari “Großer
Gott, wir loben dich” yang dapat tertampung dalam “kami puji”. Bagian kalimat
“...namaMu...dan masyhurkan” tidak ditemukan dalam teks sumber.
Dalam terjemahan hanya “Vor dir neigt die Erde sich” yang dapat
tertampung dalam “Isi dunia sujud di hadapanMu”.
Kalimat “Bala sorga menyembah Dikau, Khalik semesta!” tidak ada dalam
teks sumber.
Oleh karena itu dapat dimengerti sekarang, bahwa tidak sepenuhnya
tepat jika seseorang ingin menerjemahkan sebuah teks menggunakan hasil
terjemahan sebagai teks sumber, bukan menggunakan teks dalam bahasa aslinya.
Tentang Melodi dan Rima
Lagu ini terdiri dari 7 bait menurut terjemahan Bahasa Indonesia.
Dalam teks Bahasa Jerman terdapat 5 bait, namun penomorannya aneh: 2, 3, 5, 9.
Ada sedikit perbedaan dalam melodi. Kata-kata ”preisen” dan “wundert”
dalam “teks sumber” dan kata “puji” dan bagian kata “dapan” dalam terjemahan
yang terdapat dalam bar yang sama, memiliki not yang berbeda. Juga kata “warst”
dan bagian kata “sor” yang terdapat dalam bar yang sama, memiliki not yang
berbeda. Dalam buku lagu Kidung Jemaat hanya tertulis, bahwa melodi adalah
Austria (Wina) 1774. Mungkin itu melodi yang dikenal di gereja-gereja di Wina
pada masa itu. Sayangnya tidak ada informasi tentang melodi dalam “teks
sumber”.
Terjemahan dapat mempunyai rima / sajak yang sama seperti “teks
sumber”: a-b , a-b , a-a
“Teks sumber”: dich – Stärke , sich – Werke , Zeit – keit.
Terjemahan: Mu – kan , jud – han , bah – ta.
Saya kagum membacanya.
Demikianlah yang telah saya temukan dalam “teks sumber” dan terjemahan
Bahasa Indonesia. Menarik. Namun, jika Anda ingin menerjemahkan lagu ini ke
dalam Bahasa Batak atau bahasa apapun, silakan menggunakan teks Bahasa Jerman
sebagai teks sumber, jangan terjemahan Bahasa Indonesia. :-)
Sekarang, perkenankan saya menyanyikan lagu ini untuk Anda. :-) Syair Bahasa Indonesia dengan melodinya sendiri dan syair Bahasa Jerman dengan melodinya sendiri. Mari menyanyi bersama. Tentu, Anda dapat menyanyikan syair Bahasa Indonesia dengan melodi dari syair Bahasa Jerman dan sebaliknya. :-) Silakan klik tautan berikut ini:
Versi Bahasa Jerman
Versi Bahasa Indonesia
Sekarang, perkenankan saya menyanyikan lagu ini untuk Anda. :-) Syair Bahasa Indonesia dengan melodinya sendiri dan syair Bahasa Jerman dengan melodinya sendiri. Mari menyanyi bersama. Tentu, Anda dapat menyanyikan syair Bahasa Indonesia dengan melodi dari syair Bahasa Jerman dan sebaliknya. :-) Silakan klik tautan berikut ini:
Versi Bahasa Jerman
Versi Bahasa Indonesia
Saudara telah
membaca teks ke 46.
Silakan baca teks 47: Gay, Bukan?
Kembali ke teks 45: Hore, Aku Sudah di Jerman
Silakan baca teks 47: Gay, Bukan?
Kembali ke teks 45: Hore, Aku Sudah di Jerman
No comments:
Post a Comment