salju terlihat masih tipis (Foto oleh Aldo, tweetnya pada 7 Desember 2012) |
Mantan murid saya Aldo (baca: Mana Visa Studiku? Cepat, dong!) sedang dalam kelas mengikuti kuliah di kampus Duisburg ketika ia menerima pesan dari teman-temannya di Indonesia yang minta difotokan salju. Aldo membalas pesan tersebut dengan memberitahukan bahwa ia masih di kelas dan berjanji nanti akan memotret salju.
Ini adalah situasi belajar yang sangat berbeda yang dipengaruhi oleh teknologi canggih dan mentalitas individu.
Ketika saya masih mahasiswi di Universitas Indonesia 1989 - 1993, saya dan teman-teman sesama mahasiswa hanya duduk di kelas selama kuliah berlangsung. Kami hanya belajar dan kuliah. Kami tidak berkomunikasi dengan pihak luar. Dan memang tidak bisa. Pada masa itu belum ada telepon genggam.
Sekarang sudah banyak telepon genggam. Tidak hanya itu. Telepon genggam memiliki multifungsi, tidak hanya untuk bertelepon, tetapi juga untuk menulis, memotret dan banyak fungsi lainnya. Saudara dapat mengirim dan menerima pesan tertulis. Saudara juga bisa memotret sesuatu atau seseorang.
Tetapi jika Saudara memiliki mentalitas yang membuat Saudara berpendapat bahwa kuliah adalah hal penting, oleh karena itu Saudara ingin berkonsentrasi pada kuliah dalam kelas dan Saudara berpendapat bahwa penggunaan telepon genggam selama kuliah berlangsung hanya akan mengganggu konsentrasi, maka Saudara tidak akan menggunakannya selama kuliah berlangsung. Saudara menggunakan telepon genggam Saudara, hanya jika Saudara memerlukannya. Saudara yang mengatur telepon genggam Saudara, bukan telepon genggam Saudara yang mengatur Saudara. :-)
Lihatlah hasil jepretan foto Aldo. Ia mengirimkan foto ini kepada teman-temannya di Indonesia hanya dalam hitungan detik. Lewat telepon genggamnya tentu saja, bukan lewat pos udara, yang bisa makan waktu 2 minggu dari Jerman ke Indonesia. Berkat foto itu teman-teman Aldo dapat melihat salju. Sepertinya ini juga yang pertama kali seumur hidup Aldo melihat dan menyentuh salju.:-) Saljunya waktu itu masih tipis. Tidak ada keterangan lokasinya. Mungkin di Duisburg, karena kampusnya di Duisburg. Mungkin di Muelheim, kota tetangga Duisburg, karena Aldo kos di sana.
Tapi Aldo, hati-hati. Konsentrasi pada kuliahmu. Engkau katakan, bahwa engkau hanya akan tinggal 2 tahun di Jerman. Engkau hanya ingin studi di sana dan akan pulang ke Indonesia dengan gelar S2-mu. (Sebelumnya saya pernah berkata padanya, bahwa ia akan tertarik untuk menetap dan hidup di Jerman. Tapi dia menyahut: "Lihat saja, saya cuma 2 tahun di sana. Selesai kuliah, pulang. Saya bukan pengkhianat Indonesia." :-) )
Kembali ke teks 22: Mana Visa Studiku? Cepat, dong!
No comments:
Post a Comment