Do you need to take German course privately? Frau Sihombing unterrichtet Deutsch.

Please contact Ms Juita Sihombing 0856 9120 7788 and she will be there for you. (Jakarta, Indonesia)

Saturday, 2 December 2017

Ralf, Di mana Kau?




Kami berada di Gereja GPIB Sumber Kasih, Lebak Bulus, Jakarta dan sedang beribadah. Jemaat Protestan Berbahasa Jerman (Die Evangelische Gemeinde Deutscher Sprache), Jakarta sedang mengadakan ibadah khusus. Beberapa anggota akan berpamitan, karena mereka akan meninggalkan Indonesia. Pendeta Jemaat ini, yaitu Pdt. Anas Hamami, dan keluarganya juga harus kembali ke Hamburg.

Saya duduk di antara mantan kolega saya di KarstadtQuelle, Jakarta, Ibu Jenny dan seorang pria Jerman. Ibu Jenny menggoda saya dan berkata, bahwa si pria Jerman kelihatannya ingin berkenalan dengan saya. “Dia sering memandang kamu, loh.” Saya hanya tersenyum. 😊

Saya serius mengikuti ibadah dan tidak memperhatikan, apakah si pria Jerman itu memang sering mencuri pandang pada saya.

Saat perjamuan perpisahan si pria Jerman menyapa saya. Dia berkata, bahwa kami sudah pernah bertemu. Saya sangat yakin, bahwa saya belum pernah melihatnya sebelumnya, berkata sebaliknya, bahwa kami belum pernah bertemu.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan seluruh peristiwa yang telah terjadi. Saya masih bisa ingat, bahwa pria itu bernama Ralf Scheunemann (atau Scheuneman?). Dia dan semua orang yang akan meninggalkan Indonesia diminta maju ke depan sewaktu ibadah. Ralf akan pindah ke Perancis. Ya, ampun, mendadak saya teringat, bahwa saya memang kenal dengan Ralf Scheunemann.

Ralf adalah teman dari mantan kolega saya, Frank Reuter, saat kami masih di Allianz Aken Life Jakarta dulu. Ralf adalah saudara laki-laki dari Silke, teman dari teman saya Ningsih. Saya dan Silke dulu sudah berkenalan di kampus saya UI. Ayah Ralf dan Silke merupakan seorang pendeta. Keluarga ini sudah lama tinggal di Malang, Jawa Timur. Frank dulu pernah berkata, bahwa Bahasa Jerman saya lebih baik dari Bahasa Jerman Ralf. 😉 Rasanya saya hanya sekali dua kali berjumpa dengan Ralf.

Ah, sedihnya. Saya pikir, bahwa saya memiliki ingatan yang sangat baik. Sayangnya tidak demikian. 😭 Ini merupakan pelajaran yang berharga. Seandainya saya biarkan Ralf bercerita lebih banyak. Lain kali saya harus memberi kesempatan kepada seseorang untuk menceritakan bagaimana dan di mana kami pernah bertemu.

Ralf yang baik, terima kasih, engkau masih bisa mengingat saya waktu itu. Mohon maaf yang sedalam-dalamnya, bahwa sayangnya saya sebaliknya tidak ingat padamu. Mungkin kau berpikir, bahwa saya sombong. Seandainya kamu membaca karangan ini, saya harap dikau mau menghubungi saya. Saya akan senang mendengar kabar darimu.



Saudara telah membaca teks ke 54.

Silakan baca teks 55: Sungguh Suatu Kejutan yang Manis

No comments: