Do you need to take German course privately? Frau Sihombing unterrichtet Deutsch.

Please contact Ms Juita Sihombing 0856 9120 7788 and she will be there for you. (Jakarta, Indonesia)

Wednesday, 19 December 2012

"durch", "ueber". Aduh, Yang Mana, Nih?


Lagi-lagi preposisi membuat masalah. Murid saya Rebecca sering mengeluh tentang preposisi (baca: "ueber", "an...vorbei". Aduh Yang Mana, Nih?). Sayangnya tidak ada penjelasan dalam buku pelajaran studio d A1, Unit 8, Bab 3; kapan "durch" digunakan, kapan "ueber" digunakan. Dalam buku itu hanya ada contoh kalimat yang menunjukkan bahwa kedua preposisi tersebut mendapat kasus akusatif.

Preposisi "durch" dan "ueber" dapat memiliki makna yang sama dalam Bahasa Indonesia. Sulit bagi murid untuk menentukan preposisi yang tepat.

Berikut kalimat-kalimatnya:

Die Touristen laufen durch den Park.
Die Touristen laufen durch das Stadttor.
Die Touristen laufen durch die Fussgaengerzone

Die Touristen gehen ueber den Marktplatz.
Die Touristen gehen ueber das Messegelaende.
Die Touristen gehen ueber die Schlossbruecke.

Dalam Bahasa Indonesia kedua preposisi di atas dapat diterjemahkan hanya dengan satu kata yaitu "lewat",  maka kalimat-kalimatnya dalam Bahasa Indonesia menjadi:

A. Preposisi "durch"
Turis berjalan lewat taman.
Turis berjalan lewat gerbang kota.
Turis berjalan lewat daerah bebas mobil.

B. Preposisi "ueber"
Turis berjalan lewat kawasan pasar.
Turis berjalan lewat arena pekan raya.
Turis berjalan lewat jembatan puri/istana

Gehen artinya antara lain berjalan kaki. Laufen dapat berarti berlari, jalan cepat. Dalam arti kiasan bisa juga berjalan.

Apabila preposisi "durch" dan "ueber" dalam kalimat-kalimat di atas dihilangkan dan seorang murid Indonesia seperti Rebecca diminta melengkapi kalimat tersebut dengan preposisi "durch" atau "ueber", maka kemungkinan ia akan mengalami kesulitan.


Saya menanyakan hal ini pada teman-teman saya di Jerman (saya menganggap mereka teman), apakah mungkin jika kedua preposisi "durch" dan "ueber" dalam kalimat-kalimat tersebut ditukar, sehingga kalimatnya menjadi:

A. "durch" ditukar dengan "ueber"
Die Touristen laufen ueber den Park.
Die Touristen laufen ueber das Stadttor.
Die Touristen laufen ueber die Fussgaengerzone.

B. "ueber" ditukar dengan "durch"
Die Touristen laufen durch den Marktplatz.
Die Touristen laufen durch das Messegelaende.
Die Touristen laufen durch die Schlossbruecke.

Menurut Ulli di Hamburg kedua preposisi di atas tidak mungkin ditukar. Tapi Ibu Engelhardt di Karlsruhe berpendapat: untuk kata "das Messegelaende" masih bisa digunakan preposisi durch, karena preposisi durch menunjukkan adanya pembatas atau ruangan-ruangan yang terbatas yang dapat dilewati. Kata "Gelaende" (medan, tanah lapang) dalam konteks ini memang besar atau luas, tetapi dibatasi oleh bermacam gedung / bangunan atau stan-stan penjualan. Untuk kalimat-kalimat yang lain kedua preposisi tidak dapat ditukar.

Setelah mempelajari keterangan Ibu Engelhardt, dapat ditarik kesimpulan, bahwa seorang murid Indonesia yang belajar Bahasa Jerman harus juga memahami konsep yang ada di belakang sebuah kata Bahasa Jerman; tidak hanya memahami makna preposisinya saja. Kadang-kadang tidak cukup jika hanya dicari arti sebuah kata dalam kamus dwibahasa Jerman - Indonesia. Sebaiknya cek juga dalam kamus Jerman - Jerman. Di sana dapat ditemukan definisi kata.

Contoh: Apa yang dimengerti oleh seorang murid Indonesia atas kata "Stadttor" (gerbang kota)? Apakah ada gerbang kota di Indonesia? Jika ya, apakah keduanya (Stadttor dan gerbang kota) memiliki konsep yang sama? Apakah "gerbang kota" yang demikian yang dimaksud "Stadttor"?

Contoh lain: Apa yang dimengerti oleh seorang murid Indonesia atas kata "Fussgaengerzone" (daerah bebas mobil)? Apakah ada daerah bebas mobil di Indonesia? Jika ya, apakah keduanya (Fussgaengerzone dan daerah bebas mobil) memiliki konsep yang sama? Apakah "daerah bebas mobil" yang demikian yang dimaksud "Fussgaengerzone"?

Benar sekali pendapat Ulli di Hamburg:
Dalam bahasa banyak perbedaan yang halus yang bahkan tidak dapat dikenali atau dibedakan oleh penutur Bahasa Jerman.
Apalagi oleh seorang penutur Bahasa Indonesia. Jadi memang tidak mudah untuk pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Jerman. Tetapi tidak perlu kecil hati. Teruslah belajar Bahasa Jerman dan beranilah berbicara dalam Bahasa Jerman. Jangan pikirkan tata bahasa / Grammatik ketika berbicara.


Saudara telah membaca teks ke 21.
Silakan baca teks 22: Mana Visa Studiku? Cepat, dong!
Kembali ke teks 20: Selamat Jalan, Bapak Haug!

No comments: